Hubungan Hakekat Kepemimpinan dengan Komponen-komponen dari Kehidupan yang Baik
A. Komponen-komponen
dari Kehidupan yang Benar
1. Makna
Komponen-komponen dari Kehidupan yang Benar
Mengenai
makna hidup menurut Uyoh Sadulloh (2004:96) menunjukkan bahwa dalam makna hidup
terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.
Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan. Kehidupan
bermakna tersebut dapat diaplikasikan dengan adanya komponen-komponen kehidupan
yang lebih baik . Adapun Menurut Y. Suyitno (2009:33), mengatakan penentuan
komponen-komponen kehidupan yang baik pada setiap aspek dari“human nature” harus
diberikan kesempatan untuk berkembang dengan sebaikbaiknya. Manusia mempunyai
aspek-aspek hewaniah. Kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan aspek-aspek
hewaniahnya itu harus dipenuhi. Tetapi ini harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga ia menjadi manusia. Demikian juga dengan kebutuhan manusia akan
makanan yang harus dipenuhi. Orang yang sudah sangat kelaparan mudah lupa akan
nilai-nilai yang lebih luhur. Inilah permulaan dari Good Life. Berikut
beberapa kebutuhan yang dimiliki oleh manusia yaitu menurut Y.suyitno
(2009:33-34):
a. Manusia
harus cukup memperoleh apa yang dibutuhkannya untuk menjamin kesejahteraan dan
cukup energinya untuk bekerja.
b. Manusia
harus sanggup memenuhi kebutuhan sosialnya, ia butuh akan masyarakat manusia,
teman-teman, teman hidup, dan anak. Dalam berasosiasi dengan orang lain itu ia
memenuhi kebutuhan emosionalnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman (security),
akan pengakuan, akan persahabatan, dan kasih sayang.
c.
Manusia membutuhkan
pekerjaan yang dianggapnya penting. Dia juga waktu senggang untuk istirahat dan bermain-main.
d. Manusia membutuhkan keharusan untuk berjuang, ia ingin
sukses, dan ia sekali-kali pun
perlu gagal. Ia harus tahu rasa nikmatnya berhasil dalam suatu perjuangan, ia harus dapat menikmati ketegangan
suatu perjuangan kegagalannya.
e.
Manusia membutuhkan
kebebasan. Kebebasan berpikir untuk mencari kebenaran serta ia butuhyh
kebebasan untuk menjalankan kehidupan yang menurut orangh layak.
f.
Manusia membutuhkan
kesempatan untuk mengembangkan talent atau bakat khusus yang dimilikinya.
g. Manusia
butuh akan perkembangan dan kenikmatan intelektual dan astetis. Makin luas dan
banyak bidang intelektual dan astetis juga dapat dinikmatinya. Mungkin kayalah
kehidupannya.
h. Manusia
membutuhkan suatu religi (kepercayaan). Agama dan filsafatnya memberikan
ketentuan-ketentuan kepadanya akan tujuan hidup yang layak, serta pula akan
memberikan arti kepada segala pengalamanpengalamannya. Henderson berpendapat
bahwa boleh jadi orang dapat menghidupi kehidupan yang memuaskan tanpa memenuhi
kedelapan macam kebutuhan di atas.
Dapat disimpulkan bahwa kahidupan yang
benar bagi manusia haruslah mengerti dan memahami makna dari kehidupan dan
tujuannya dalam hidup. Manusia dapat merealisasikan dari hal tersebut dengan
mendahulukan untuk memenuhi beberapa kebutuhannya didalam kehidupan.
2. Prinsip-prinsip
Hidup Yang Benar
Menurut Zul Hendri Zen (2014:86-89)
Prinsip dasar kehidupan yang benar adalah sebagai berikut :
a.
Sebaik-baik
manusia adalah yang paling banyak mendatangkan manfaat bagi manusia yang lain.
[Hadist Nabi]
b.
Sebaik-baiknya
manusia adalah yang paling banyak mendatangkan manfaaat bagi manusia yang lain
[Hadist Nabi]. Ada tiga poin penting dalam melakukan sesuatu yaitu: mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil,
c.
Berusahalah
memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada posisi orang yang
bersangkutan
d.
Apabila
dinasehati janganlah melihat oleh siapa kita dinasehati dan bagaimana orang
tersebut menasehati, tetapi perhatikan apa isi nasehat dan mengapa orang
menasehati (jangan siapa & bagaimana, lihat apa & mengapa).
e.
Waktu
tidak akan pernah berhenti, maka pergunakanlah sebaik-baiknya! Proyeksikanlah
kegiatan-kegiatan kita dalam rencana-rencana, karena gagal merencanakan sama
dengan merencanakan kegagalan.
f.
Jangan
menyakiti orang lain jika kita sendiri tidak mau disakiti. Yang hina itu bukan
orang yang dihina tapi orang yang menghina.
g.
Ingat
5 perkara sebelum 5 perkara: sehat sebelum sakit, muda sebelum tua, kaya
sebelum miskin, lapang sebelum sempit, dan hidup sebelum mati.
h.
Nikahilah
wanita karena 4 perkara: karena harta bendanya, keturunannya, kecantikannya,
dan agamanya. Utamakanlah wanita yang taat kepada agamanya, niscaya kamu akan
bahagia.
i.
Ojo
Cedhak Kebo Gupak (Jaga jarak dengan orang/ hal-hal yang dapat mendatangkan
madharat).
j.
Beritahu
aku temanmu akan kuberitahu siapa dirimu!
k.
Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
l.
Dalam
menjalani hidup kejarlah hal-hal yang pasti terjadi, insya Allah hal-hal yang
mungkin terjadi dapat kita raih.
m.
Apabila
kita menghadapi masalah yang penting dan masalah yang mendesak, selesaikanlah
masalah yang mendesak terlebih dahulu, sebab hal yang penting belum tentu
mendesak.
n.
Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. [Q.S. Alam Nasyrah:
5-7]
o.
Orang
sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak dikerjakan oleh
orang-orang gagal. Mereka (orang-orang sukses) belum tentu suka mengerjakannya.
Namun ketidaksukaan mereka tunduk pada kekuatan tujuan mereka.
p.
Orang
yang berbakat gagal adalah orang yang mencari-cari alasan atas kegagalannya,
sedangkan orang yang berbakat sukses adalah orang yang mencari alasan bagaimana
bangkit dari kegagalannya.
q.
Janganlah
kita melihat tokoh dalam mencari kebenaran, tetapi selamilah kebenaran itu sendiri
niscaya kita akan mengetahui siapa tokoh di baliknya.
r.
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui. [QS Al-Baqarah: 216]
s.
Perumpamaan
orang yang bertakwa dalam bertingkah laku adalah seperti berjalan di jalan yang
lurus namun banyak duri yang berserakan.
t.
Jangan
biasakan berprasangka, sebab sebagian besar prasangka adalah dusta.
u.
Dalam
berusaha lihatlah orang yang nasibnya lebih bagus dari kita (orang di atas
kita), namun dalam hasil lihatlah orang yang nasibnya lebih buruk dari kita
(orang di bawah kita).
v.
Aku
telah belajar untuk diam dari orang yang banyak omong, belajar toleran dari
orang yang tidak toleran, dan belajar menjadi ramah dari orang yang tak ramah;
namun, sungguh aneh, aku tak berterima kasih pada orang-orang ini.
w.
Hiduplah
sesukamu tapi engkau pasti mati; berbuatlah sesukamu tapi pasti engkau dibalas
(menurut perbuatanmu itu); cintailah siapa saja tapi engkau pasti akan berpisah
dengannya.
x.
Barang
siapa bershalat dalam sehari-harinya duabelas rekaat maka dibangunlah untuknya
sebuah rumah di surga; yaitu empat rekaat sebelum Dhuhur, dua rekaat
sesudahnya, dua rekaat sesudah Maghrib, dua rekaat sesudah Isya’ dan dua rekaat
sebelum shalat Fajar. [HR. Turmudzi]
3. Penting
Kehidupan yang Benar bagi kehidupan Manusia
Sebagaimana
pendapat Zuk Hendri Zen (2014:90) mengatakan bahwa “Hidup dengan benar berarti
setia berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah memutuskan untuk
melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau menyimpang
karena memilih jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan”. Komitmen
untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan di jalan yang
sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan. Hidup
dengan benar membuahkan imbalan. Meski imbalan yang diterima tidak selalu
merupakan hasil hubungan sebab-akibat – yaitu kita menerima imbalan yang baik
sebagai hasil melakukan sesuatu yang benar – sering juga imbalan dari
menjalankan hidup yang benar kita terima dalam wujud yang kelihatan. Di samping
imbalan nyata, kita juga berkesempatan mengenyam perasaan bebas dari rasa
bersalah, kepuasan karena pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan rasa
hormat dari rekan sekerja sebagai “imbalan”. Hidup dengan benar tidak dibangun
di atas dasar perasaan. Ungkapan masa kini berbunyi, “Jika Anda rasa baik,
lakukan saja.” Emosi, tidak selalu dapat diandalkan. Emosi tak jarang memberi
arahan yang keliru. Amarah dapat menyebabkan kita menyerang seseorang, dan itu
bukan hal yang benar. Mungkin perasaan bahwa besar gaji yang kita terima tidak
memadai itu benar, tetapi tidak berarti kita diperkenankan mencuri uang
perusahaan. Beberapa poin yang penting mengenai pembahasan diatas (Zul Hendri
Zen, 2014:91) :
a. Memelihara
kesucian diri baik jasmani maupun rohani
b. Menanamkan
disiplin baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga
c. Memelihara
kerapian diri sebagai mempersiapkan adanya disiplin pribadi dan kehamonisan
pribadi
d. Bersikap
tenangdan tidak terburu-buru
e. Menjaga
keutuhan dan kebulatan serta kesinambungan dalam mewujudkan pembinaan
konseptual nilai-nilai dan moral dalam kehidupan sehari-hari
B. Hakekat
Kepemimpinan
1. Pengertian
Kepemimpinan
Adapun
beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli yaitu :
a. Menurut
Boring, Langeveld, dan Weid..
Kepemimpin adalah
hubungan individu terhadap bentuk suatu kelompok dengan maskud untuk dapat
menyelesaikan beberapa tujuan.
b. Menurut
George R.Terry
Kepemimpinan
adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar dengan suka rela dengan suka
rela bersedia menuju kenyataan tujuan bersama.
c. Menurut
H.Ghoidamer dan E.A Shils
Kepemimpinan
adalah tindakan perilaku yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang-orang lain
yang dipimpin
d. Menurut
John Ptiffner
Kepemimpinan merupakan
seni dalam mengkoordinasikan dan mengarahkan individua tau kelompok untuk
mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dari seseorang unutk
mempengaruhi orang lain. Orang yang memimpin disebut sebagai pemimpin. Sebagai
satu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan
seseorang atau suatu badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Pemimpin adalah orang yang paling mempengaruhi periku dan keyakinan kelompok.
Dia adalah orang yang memulai aksi, memberi, perintah, mengambil keputusan,
berperan sebagai suri tauladan, dan berada pada garis paling depan dalam sebuah
kelompok.
2. Klasifikasi
Kepemimpinan
Menurut
eksperimen Lewin, Lippit, dan White yang dikutip Umi Kalsum dan Mohammad Jauhar
(2014:188-189) membagi kepemimpinan yang terdiri dari :
a. Kepemimpinan
Otoriter
Pemimpin ini
menentukan segala-galanya. Semua aktivitas kelompok dijalankan atas instruksi
pemimpin. Anggota kelompok hanya sebagai pelaksanaa perintah pemimpin. Pemimpin
yang otoriter memiliki kekuatan yang mutlak. Ia sangat berperan pentinh dalam
segala hal bahkan nasib dari masing-masing setiap kelompok ditentukan oleh
pemimpin. Pemimpin ini memiliki sikap seakan-akan ia tmau turut serta dalam
interaksi kelompok. Ia hanya berhubungan dengan anggota-anggotanya ketika
memberikan instruksi mengenai langkah-langkah dalam kegiatan, setelah itu ia
menyendiri. Ia terpisah dengan kelompok dan ia tidak mencampuri diri dengan
kelompok
b. Kepemimpinan
Demokratis
Dalam kepemimpinan
ini, terdapat kerja sama antara pemimpin dan anggotanya dalam menentukan tujuan
kelomook serta perencanaan langkah-langkah pekerjaan. Semua kegiatan kelompok
diajalankan atas keputusan bersama. Pemimpin menempatkan anggota kelompok
sebagai sahabat dan buka sebagai pekerja. Apabila ada lesalaahn anggota, maka
pemimpin akan memperingatkan dengan cara yang bijak.
c. Kepemimoinan
Laissez faire
Pemimpin pada tipe
kepemimpinan ini bersifat pasif, dia tidak berpartisipasi dnegan kegiatan
kelompok. Dia menyerhakan segalanya kepada anngota, tidka pernah menegur
kesalahan anggotanya, tapi selalu bersikap baik. Dia tidak mengambil inisiatif
apapun dalam kegiatan kelompok, dia berada ditengah-tengah kelompok tetapi
tidak berinteraksi dan berlaku seperti penonton saja.
Dari
beberapa poin diatas terdapat berbgaai macam cara seorang pemimpin dalam
bersikap atau bertindak dalam kepemimpinan. Namun, kepemimpinan demokratis
merupakan cara ideal yang dapat diterapkan bagi setiap manusia dalam kepemimpinan. Karena cara tersebut
banyak diharapkan dalam bersosial dan mengurangi dampak negatif lainnya yang
akan terjadi dari kepemimpinan otoriter dan Laissez
faire.
3. Kriteria
dalam Kepemimpinan
Menurut Prof. Dr. Sarlino Wirawan Saarwono
(2009:229-230) Seorang pemimpin harus memiliki beberapa kriteria yaitu :
a. Mental
Didalam netal
seseorang utnuk menjadi seorang pemimpin itu mebutuhkan proses. Adapun proses
yang dialami oleh setiap manusia yaitu mengatur waktu, siap menerima segala
ujian yang akan diamalaminya, menerima segala hal yang terjadi dan
menganggapnya sebagai pembelajaran serta seorang pemimpin haruslah bisa
mengontrol ambisinya.
b. Stamina
Kemampuan untuk
bertahan dan tidak mudah menyerah jika menghadapi masalah atau kesulitan.
Dengan stamina, seorang pemimipin yang mendapat kedudukannya karena nasib baik
pun dapat mempertahankan kedudukannyakarena itu. Yang penting ada sesuatu yang
diperjuangkan, tidak mempedulikan
hal-hal yang berupa memperthankan ide-ide lama atau tradisi atau
memperjuangkan ide-ide baru.
c. Pengikut
Tidak ada
kempemimpinan hyang tidak ada tanpa pengikut. Pemimpin yang baik adalah yang
tahu dan kenal dengan sifat-sifat kelompok yang mengikutinya sehingga ia sudah
bisa paham dengan tingkah laku kelompoknya.
d. Energi
Sseorang pemimipin
harus mempunyai semnagta dan dorongan untuk memperjuangkan cita-citanya. Ia
harus aktif tarsus bergerak dan bertindak.
e. Kecakapan
Hal ini sangat
sangat mempengaruhi seornag pemimpin, setidaknya dari kelompok seorang pemimpin
harus lebih unggul dalam kecapakan abik itu dalam satu bidang maupun bidang
yang lainnya.
f.
Kecerdasan
Bagi seorang
pemimpin kecakapan saja tidka cukup untuk mejadi seorang pemimipin tetapi juga
memiliki kecerdasan dalam bersikap dan mangatur kelompoknya. Dalam kegiatan
atau mencari informasi pun seorang pemimpin juga dituntut untuk memiliki sebuah
kecerdasan.
g. Karakter
Karakter merupakan
sikap yang dimiliki seseorang. Karakter juga bisa menentuka bagaimana cara
orang tersebut dalam menjalankan kepemimpinannya. Selain itu dalam didalam
karakter seseorang juga haruslah memahami standar keyakinan sesorang dihargai
sebagai pemimpin
h. Berpikiran
bersih dan jujur
Pemimoin tidak
punya etikat lain selain memperjuangkan kepentingan kelompoknya
i.
Simpati
Seorang pemimpin
harus mampu menempatkan dirinya pada kedudukan pengikut-pengikut dan memandang
persoalan dari sudut pandangan pengikutnya. Dengan demikian, ia dapat mengerti
perasaan-perasaan pengikutnya . hubungan antara pemimpin dan kelompok pun dapat
terpelihara dengan baik.
C. Hubungan
Kepemimpinan Dengan Kompon-Komponen dari Kehidupan yang Benar
Bagi setiap manusia pastilah
menginginkan kehidupan yang kebih baik. Hal ini diperlukan agar dapat
memudahkan manusia menjalankan tujuan hidupnya . Hidup dengan baik
dan benar ditandai oleh pemilihian jalan yang benar. Seseorang yang menjalani
kehidupannya berdasarkan standar moral dan etika yang tinggi dapat menjadi
inspirasi bagi kita. Adapun
prinsip-prinsip dari komponen-komponen kehidupan yang baik dan benar memiliki
keterkaitan dengan hakekat kepemimpinan. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam
kehidupan yang baik dan benar, manusia selalu berusaha memahami orang lain
dengan menempatkan dirinya dalam posisi orang yang bersangkutan saat
bersosialisasi. Begitupula dengan sebuah kepemimpinan yang menjelaskan bahwa
sebagai pemimpin seseorang haruslah bisa menempatkan dirinya didalam kalangan
anggota kelomopoknya. Saat menjalankan sebuah kepemimpinan tidak seharusnya
bersikap semena-mena dan merasa paing tinggi sehingga memisahkan diri dari
kelompoknya. Dalam kelompok seorang pemimpin bisa menyesuaikan diri
bersosialisasi dan berabung dengan anggota kelompoknya tanpa melupakan sikap
dan tindakannya sebagai pemimpin.
Selanjutnya dalam sebuah
kehidupan tentu akan mengalami sebuah kesulitan. Tindakan salah satu penerapan
komponen kehidupan yang benar saat
mengalami kesulitan yaitu selalu melakukan hal dianggapnya benar dan setia pada
satu jalan yang ada. Pantang menyerah dan selalu gigih dengan kesulitan yang
terjadi. Karena keyakinan kepadan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Sama
halnya dengan seorang pemimpin yang juga selalu mempertahankan keputusannya
dalam mengahadapi setiap masalah yang ada. Serta selalu setia pada tujuannya
dan jalan yang dianggapnya benar dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini juga
memiliki kesinkoranan yang nyata dari setiap pemimpin dalam berintdak atau
bersikap.
Kepentingan kehidupan yang
benar bagi kehidupan manusia juga memiliki keterkaitan dalam sebuah
kepemimpinan. Dimana secara garis besar bahwa dalam kehidupan yang benar
mejelaskan mengenai kedisiplinan terhadap diri sendiri serta orang lain,
mewujudkan pembinaan konseptual nilai-nilai dan moral dalam kehidupan
sehari-hari yang diserta dengan etika yang dijunjung tinggi dalam melakukakn
segala hal. Begitu juga dengan kriteria yang dimiliki dalam kepemimpinan selalu
menganut sebuah moral dan etika didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Zen Zelhendri.2014.Filsafat Pendidikan.Padang:Sukabina Press.
Saduloh,
Uyoh.2004.Pengantar Filsafat.Bandung:Alfabeta
Y.Suyitno.2009.INTRODUCTION TO PHILOSOPHY OF EDUCATION (STELLA VAN PETTEN
HENDERSON).Bandung
Kulsum, Umi dan Mohammad Jauhar.2014.Pengantar Psikologi
Sosial.Jakarta:Prestasi Pustaka Raya
Sarwono, Wirawan Sarlito.2009.Pengantar Psikologi Umum.Jakarta:PT.
Rajagrasindo Persada
Komentar
Posting Komentar