Kompetensi Sosial Anak Usia Dini
A. Makna Perkembangan Kompetensi Sosial
Sebelum membahas
tentang perkembangan kompetensi sosial, telebih dahulu haruslah mengetahui dari
makna sosial. Sosial memiliki makna yang berbeda-beda. Menurut Soekanto
(2002:11), apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjukkan pada objeknya,
yaitu masyarakat. Sedangkan istilah sosial pada Departemen Sosial, menunjukkan
pada kegiatan-kegiatan dilapangan sosial. Artinya, Kegiatan-kegiatan yang
ditunjukkan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dalam bidang
kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisam ,dan lain
sebagainya. Soekanto (2001: 464) mengemukakan bahwa istilah sosial pun
berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan
proses-proses sosial. Dapat disimpulkan bahwa setiap manusia itu pasti
bersosial, karena setiap individu-individu itu tidak bisa bertahan hidup
senidirian. Manusia akan membutuhkan satu sama lainnya untuk bertahan hidup dan
untuk hidup sebagai manusia. Sikap saling ketergantungan ini menghasilkan bentuk
kerjasama tertentu . Dengan demikian, manusia disebut sabagai makhluk yang
bersosial.
Pada anak usia
dini, sosial merupakan salah satu aspek perkembangan yang perlu dioptimalkan.
Yang dimaksud dengan perkembangan kompetensi sosial ialah perolehan kemampuan
berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu
bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses. Masing-masing proses
terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan, sehingga
kegagaglan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi individu.
Rose-Krasnor
(didalam jurnal) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai keefektifan dalam
berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Bagi anak pra sekolah, perilaku yang menunjukkan kompetensi
sosial berkisar pada tugas-tugas utama perkembangan yaitu menjalin ikatan
positif dan self regulations selama berinteraksi dengan teman sebaya. Dalam
pandangan teoritis kompetensi sosial, terdapat dua fokus pengukuran
yaitu pada diri atau orang lain, dalam hal ini adalah mengukur kesuksesan anak
dalam memenuhi tujuan pribadi atau hubungan interpersonal anak.
B. Tujuan Perkembangan Kompetensi Sosial
Anak Usia Dini
Menurut Cavel dalam Cartledge & Milburn (2004: 4)
:
1. Agar
dapat memenuhi kebutuhan anak untuk bisa diterima oleh lingkungan sekitarnya
2. Dapat
menimbulkan sikap percaya diri anak dalam bersosialisasi
3. Dapat
membuat anak merasa lebih dihargai dan berharga dilingkungannya
4. Agar
anak memiliki pehaman tentang sosialiasi yang diralisasikan dalam kehidupan
sehari-hari
5. Agar
dapat mengoptimalkan kompetensi sosial anak dijenjang pendidikan berikutnya
6. Membentuk
kepribadian seorang anak yang telah disesuaikan dengan lingkungan
sekitarnya.
7. Aagr
dapat menyeimbangi perkembangan fisik serta psikis anak. Karena jika kedua hal
tersebut tidak berjalan dengan seimbang maka akan dikhawatirkan perkembangan
sosial anak akan menjadi terhambat.
8. Agar
dapat memudahkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya
Dari beberpa poin
diatas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia memiliki rasa untuk dapat
diterima dalam lingkungan sekitarnya begitu pula pada anak usia dini yang
mencakup lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat yang ada disekitarnya.
Oleh sebab itu kompetensi sosial merupakan aspek perkembangan anak yang harus
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sosialnya. Selain itu sosialisasi
merupakan salah satu satu faktor yang dapat mempengaruhi psikologi atau psikis
dari setiap anak jika tidak direalisasikan kompetensi sosial dengan optimal.
Dalam mengimplementasikan pengembangan kompetensi sosial pada anak setiap
pendidik maupun orang tua harus memperhatikan karakterististik dari setiap anak
sebelum memberika stimulasi perkembenagn sosial dengan tepat.
C.
Arah
dan Ruang Lingkup Pembelajaran Dari Perkembangan Kompetensi sosial Anak Usia
Dini
a.
Arah Kompetensi
Sosial AUD
Arah kompetensi sosial adalah untuk membantu menciptakan lingkungan sosial
yang mendukung semua anak dari semua budaya, gender, tingkat sosioekonomi, dan
latar belakang harus dihargai dan dihormati. Guru memperlakukan anak dengan
sopan, berbicara dengan mereka tentang kegiatan dan acara di dalam dan di luar
sekolah, dan menunjukkan perhatian yang tulus untuk mereka sebagai individu.
Dalam mengembangkan hubungan guru-anak yang positif, yang merupakan elemen
inti lingkungan sosial, penting diingat:
1.
Mengikuti interaksi satu-satu dengan
anak.
2.
Menggunakan level anak untuk
berintarksi langsung.
3.
Menggunakan suara yang menyenangkan
dan menenangkan dan bahasa sederhana.
4.
Memberikan kontak fisik yang hangat
dan responsif.
5.
Memberi penghargaan anak atas
prestasi dan usaha mereka.
b.
Ruang
Lingkup Kompetensi Sosial AUD
Ilmu sosial adalah ilmu yang mencakup segala
aspek dalam kehidupan dimulai dari sifat individu, interaksi antar individu,
individu antar kelompok bahkan kelompok antar kelompok. Hingga dalam interaksi
terjadi konflik-konflik disini berarti luas, tidak hanya masalah, tetapi juga
komunikasi yang menimbulkan hubungan timbal balik, ilmu sosial berfungsi untuk
mempelajari hubungan tersebut.
Ilmu sosial tidak hanya mempelajari interaksi
atau hubungan timbal balik, tetapi juga bagaimana memecahkan kasus masalah yang
terjadi diantara individu dan kelompok. Hubungan sosial individu berkembang
karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di
dunia sekitarnya. Hubungan sosial ini berawal dari lingkungan rumah sendiri
kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah serta berkumpul
dengan teman sebaya.
Perkembangan sosial anak semakin berkembang
ketika anak mulai memasuki masa prasekolah. Pada masa ini dimulai dengan
tumbuhnya kesadaran diri atau yang dikenal dengan kesadaran akan dirinya dan
kepemilikannya. Selain dengan anggota keluarganya, pada masa ini anak mulai
mendekati diri kepada orang-orang lain dilingkungannya.
Referensi :
Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Perkembangan Anak (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Alih Bahasa dr.Med. Meitasari
Tjandrasa dan Dra. Muslichah Zarkasih. (Hal: 250-253)
Nugraha, Ali dkk. 2013. Metode Pengembangan Sosial
Emosional. Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.
Supardan,
Dadang. 2013. Pengantar Ilmu Sosial “Sebuah Kajian Pendekatan Struktural”.
Jakarta: Bumi Aksara
http://repository.upi.edu/7918/2/d_pu_0603190_chapter1.pdf
Komentar
Posting Komentar